SEJARAH
SINGKAT
AKADEMI KEBIDANAN SANTA ELISABETH KEFAMENANU
Akademi
Kebidanan Santa Elisabeth Kefamenanu Nusa Tenggara Timur (NTT), berdiri pada
tanggal 17 Juni 2014 dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 183/E/O/2014 tentang izin pendirian Akademi Kebidanan Santa Elisabeth
Kefamenanu yang berlokasi di jalan Eltari Km 9 Kecamatan Bikomi Selatan
Kabupaten Timor tengah Utara (TTU) Provinsi Nusa Tenggara Timur,
diselenggarakan oleh Yayasan Widya Fraliska Cabang Kefamenanu. Akademi
Kebidanan Santa Elisabeth Kefamenanu adalah karya Kongregasi Suster
Fransiskanes Santa Elisabeth (FSE) Medan.
Berdirinya
Akademi Kebidanan Santa Elisabeth Kefamenanu dikarenakan keprihatinan Suster
Fransiskanes Santa Elisabeth Medan terhadap kesehatan ibu dan anak di
kefamenanu yang dibuktikan dengan masih tingginya angka kematian ibu dan anak. Hal
ini disebabkan kurangnya tenaga kesehatan khusunya tenaga bidan yang merupakan
ujung tombak terhadap penuruna angka kematian ibu dan anak. Disamping itu
adanya dukungan yang kuat dari pihak gerja dan pemerintah, masyarakat setempat
akan adanya Akademi Kebidanan Santa Elisabeth Kefamenanu sehingga pemerintah
menghibahkan sebidang lahan untuk pendidikan kepada Kongregasi Suster
Fransiskanes Santa Elisabetth Medan, karena sebelum berdirinya Akademi
Kebidanan Santa Elisabeth Kefamenanu ini banyak mahasiswa yang ahrus sekolah ke
luar daerah seperti ke Surabaya dan Bali. Hal inilah yang melatarbelakangi
masyarakat masyarakat dan pemerintah menginginkan berdirinya Akademi Kebidanan
Santa Elisabeth Kefamenanu, yang diharapkan dapat menghasilakan tenaga bidan
yang unggul dalam pemberdayaan kesehatan ibu dan anak sehingga mampu menurunkan
angka kematian ibu dan anak di Provinsi Tenggara Timur khususnya Kabupaten
Timor Tengah Utara.
SEJARAH SINGKAT
SANTA ELISABETH DARI HUNGARIA
Elisabeth adalah
puteri dari raja Hungaria. Pada saat berusia 14 tahun ia dikawinkan dengan
Louis dari Thuringia, seorang pangeran dari Jerman dan dikaruniai tiga orang
anak.
Di bawah tuntunan seorang Frater Fransiskan, ia mempraktekan hidup doa,
tapa, dan pelayanan kepada orang miskin dan sakit. Untuk mencoba menjadi sama
seperti orang miskin, ia pun mengenakan pakaian yang sangat sederhana. Setiap
hari ia membawakan roti kepada ratusan orang miskin di negeri itu. Orang-orang
mencintai dia dan memanggilnya "Ibu Elisabeth terkasih."
Sesudah kematian suaminya Elisabeth pun tinggal bersama ketiga orang
anaknya. Sambil memberikan uangnya kepada orang miskin, ia bekerja juga untuk keluarganya,
sebab ia diperlakukan secara salah oleh keluarga dari pihak suaminya. Ia
bergabung dengan Ordo Ketiga St. Fransiskus, dan melewatkan tahun-tahun
kehidupannya khusus melayani orang-orang miskin di rumah sakit.
Elisabeth meninggal pada usia 24 tahun. Ia adalah telah menjadi pelindung
dari rumah sakit - rumah sakit.